PUISI DAN IMAJINASINYA
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Dirasah Syi’riyah 2
Oleh :
1. Luky Fatmawati (A81211126)
2.Agustin Mariana (A81211113)
3. Muhibbatul Ummah (A81211130)
4. Veny Ismawati (A81211137)
Dosen Pengampu:
Drs. H. Afif Bustomi, M.A
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “Puisi
dan Imajinasinya” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa ajaran yang mulia ke
dunia ini.
Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas Dirasah Syi’riyah. Penulis banyak dibantu oleh
beberapa pihak dalam menyelesaikan makalah ini, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang membantu terutama ustadz Afif yang telah member
bimbingan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini
bisa berguna dan bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi para pembaca.
Penulis menyadari keterbatasan yang
ada pada makalah ini. Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Surabaya,13 oktober 2013
penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan
A.
Latar Belakang………………………………………………………
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………..
C.
Tujuan Pembahasan…………………………………………………
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian Puisi……………………………………………………
B.
Pengertian Imajinasi………………………………………………….
C.
Hubungan antara Puisi dan Imajinasi………………………………...
BAB III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Karya sastra sudah diciptakan orang jauh sebelum orang
memikirkan apa hakikat sastra dan apa nilai serta makna yang terkandung dalam
sastra. Sebaliknya, penelitian terhadap sastra baru dimulai sesudah orang
bertanya apa dan dimana nilai dan makna karya sastra yang dihadapinya. Sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra sudah sepatutnya kita
menyadari bahwa sebuah karya sastra adalah sesuatu yang sangat kaya dengan
makna. Karya
sastra tersebut harus dapat dipahami agar dapat diketahui makna yang terkandung
didalamnya. Oleh sebab itu, maka kita harus senantiasa dapat memahami bagaimana
cara atau metode dalam memaknai sebuah karya sastra yang dalam hal ini adalah berupa puisi beserta imajinasinya.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna,
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra
dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi
pengalaman manusia yang diubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat
membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan
emosi dan marah. Disamping itu juga terdapat imajinasi
yang sangat mendukung terhadap adanya puisi karna dengan berimajinasi seseorang
dapat merangkai puisi dengan sempurna. Maka dari itu dalam makalah ini akan
membahas tentang puisi beserta imajinasinya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian syair/puisi?
2.
Apa saja struktur yang membangun sya’ir itu?
3.
Apa pengertian Imajinasi?
4.
Apa hubungan antara sya’ir dan imajinasi?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN
1.
Mengetahui lebih mendalam apa pengertian sya’ir
2.
Mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam sya’ir
3.
Mengetahui lebih mendalam pengertian imajinasi
4.
Mengetahui hubungan antara syi’ir dan imajinasi
D. MANFAAT
Hasil makalah ini akan sangat bermanfaat bagi
orang lain dalam memahami suatu karya sastra terutama bagi mahasiswa jurusan
bahasa dan sastra agar bisa lebih mengetahui teori tentang puisi beserta
imajinasinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Puisi
Puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites,
yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta,
yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam
perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni
sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang, 1980:10)
Didalam bahasa Arab puisi sering dikatakan
dengan Syair. Secara etimologis,
kata syi’r berakar dari kata شعر يشعر شعرا شعورا yang
mempunyai arti mengetahui, merasakan, sadar, dan mengkomposisi. Dalam bahasa
ibrani terdapat kata شور yang
berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata Syi’ir
adalah Syir yang berarti qasidah atau nyanyian.
Menurut Ahmad Amin secara etimologi kata sya’ara/syair(شعر) mempunyai arti a’lima
(mengetahui). Seperti kata sya’aratun bihi yang artinya a’limtu. Karena
dalam bahasa arab syair memiliki arti al-I’lm (pengetahuan) dikatakan laita
syi’iri yang sama mempunyai arti dengan kalimat laita I’lmi (semoga
ilmuku) dan asyu.’arahi ibn al-amr mempunyai arti a’lamahu
(memberitahukan persoalan) jadi sudah jelas bahwa kata syair mempunyai arti
alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang mengetahui persoalan yang belum
diketahui orang banyak. Dalam al-quran juga kata yasy’urukum mempunyai
makna ya’lamukum (mengetahui). seperti dapat dipahami pada ayat dibawah
ini;
$tBur
öNä.ãÏèô±ç
!$yg¯Rr&
#sÎ)
ôNuä!%y`
w
tbqãZÏB÷sã
“Dan apakah yang menjadikan kamu
tau bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman” (QS.Al- Anaam;109).
Al Aqqad memandang bahwa kata syi’ir harus dikembalikan pada bahasa
aslinya, yakni bahasa Semit. Oleh karena itu, pada suku Aqqadi kuno kata شيرو cenderung
merujuk pada nyanyian yang ada di Gereja. Dari kata ini kemudian berpindah ke
dalam bahasa Ibrani شعر yang berarti melagukan dan ke dalam bahasa
Aramiyah yang bersinonim dengan kata شور ترنم, yang berarti menyanyikan dan melagukan.
Kata syi’ir mempunyai arti tersendiri bagi orang Arab, karena
mereka menganggap bahwa syi’ir berarti pengetahuan, atau kepandaian (‘Ilm
Fathanah), dan orang yang bersya’ir itu pun disebut dengan Al-Fathin (cerdik/pandai).
Pendapat ini cukup mempunyai kemiripan dengan pengertian kata poet yang
berarti membuat, mencipta dalam bahasa yunani. Kata poet juga berarti
orang yang mencipta melalui imajinasinya. Pada tradisi masyarakat jahiliyyah,
mereka mempunyai keinginan bahwa penyair mempunya pengetahuan Magic
karena itu mereka menyebut penyair-penyair dengan sebutan “Ahl al-Ma’rifah”
yang berarti sekelompok orang yang dapat memprediksi/meramalkan kehidupan dan
kejadian yang akan terjadi di masa datang (Muzakki, 2011:41).
Secara terminologi, sastrawan Arab mengungkapkan bahwa sya’ir
adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqafiyah yang melukiskan tentang
bentuk-bentuk imajinasi/khayalan yang indah. terdapat beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh ahli bahasa dan kesusastraan Arab diantaranya, mengutip Ali
Badri (Mas’an Hamid, 1995: 11) mengungkapkan bahwa syi’ir adalah suatu kalimat
yang tersusun dengan menggunakan irama dan wazan. Sedangkan menurut Ahmad Hasan
Az-Zayyat syi’ir adalah suatu kalimat yang berirama dan bersajak, yang
mengungkapkan tentang hayalan yang indan dan melukiskan kejadian yang ada.
Uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa sya’ir adalah sebuah karya sastra yang
mengungkapkan/melukiskan pikiran dan perasaan seorang penyair secara
imajinatif, disusun dan bentuk bahasa yang indah, dismpaikan dengan sengaja,
serta diwarnai dengan wazan dan qafiyah.
B.
Unsur-unsur Syi’ir Arab
Menurut Mas’an Hamid, Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam
syair/puisi pada dasarnya ada 5 macam, yaitu: kalimat/bahasa syi’ir,
irama/wazan syi’ir, sajak/qafiyah syi’ir, kesengajaan bersyi’ir, dan khayalan
atau imajinasi.
a.
Kalimat/bahasa syi’ir
Menurut ahli Nahwu kalimat adalah susunan kata yang mengandung
suatu pengertian dan tidak memerlukan penjelasan lagi.
b.
Irama/wazan/bahar
Wazan adalah taf’ilah Arudl yang diulang-ulang dengan tujuan untuk
membentuk sebuah syi’ir. Wazan disebut juga “bahar” karena keberadaannya
melukiskan lautan yang meskipun diambil segala sesuatunya, maka tidak ada
habis-habisnya. Demikian halnya dengan seorang penyair, apabila sedang
menciptakan puisi/syair maka inspirasi dan imajinasinya selalu menggelora dan
terus berkepanjangan seakan-akan tanpa ada titik akhirnya.
c.
Sajak/qafiyah
Secara etimologi, qafiyah berarti tengkuk atau belakang leher.
Sedangkan secara terminologi qafiyah adalah taf’ilah terakhir pada suatu bait,
yang dihitung mulai dari dua huruf mati yang terakhir dan satu huruf hidup yang
ada sebelum kedua huruf mati tersebut.
d.
Qashad/kesengajaan
Secara etimologi, qashad berasal dari kata يقصد
قصداقصد yang berarti sengaja menuju kepadanya.
Sedangkan secara terminology, yang dimaksud qashad adalah unsure kesengajaan
penyair untuk mengubah syi’ir, sesuai dengan imajinasinya dan menurut irama
yang dikehendakinya.
e.
Khayalan/imajinasi
Khyalan merupakan suatu bentuk ungkapan jiwa/ bathin seorang
penyair yang dituangkan dalam bentuk susunan kalimat syi’ir (Hamid,1995:24-42).
C.
Pengertian Imajinasi
Imajinasi adalah daya bayang, daya fantasi, tetapi bukan lamunan.
Secara umum yang dimaksud dengan istilah imajinasi adalah daya untuk membentuk
gambaran atau konse-konsep mental yang secara langsung tidak didapatkan dari
sensasi (pengindraan).
Imajinasi adalah kemampuan menciptakan citra dalam angan-angan atau
pikiran tentang sesuatu yang tidak diserap oleh panca indra, atau yang belum
pernah dialami dalam kenyataan (Sudjiman, 1990:36).
Imajinasi merupakan unsure yang amat penting dalam karya sastra,
karena dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa yang lalu dan
yang akan datang. Imajinasi tidaklah sama dengan realitas yang ada, walaupun ia
tetap berpangkal pada kenyataan dan pengalaman. Oleh karena itu sastra tidak
terikat dengan kenyataan, kebenaran, dan kedustaan.
Seperti yang diungkapkan Tedjoworo (2001:9), hidup memang
digerakkan dengan imajinasi, dibentuk dengan imajinasi, bahkan dirayakan dengan
imajinasi. Melalui imajinasi manusia dapat memahami dan membentuk dirinya,
sesamanya, dan seluruh kehidupan ini, akan tetapi melalui imajinasi juga
manusia menghancurkan diri, membunuh manusia lainnya dan merusak bumi. Melalui
imajinasi manusia melihat apa yang tidak terlihat, dan kehidupan menemukan
kiblat. Karena imajinasi manusia marah, menangis, tertawa, dan bahagia.
Dalam karya sastra, ciri-ciri imajiasi lebih khas dan lebih dominan
dibandingkan dengan kreatifitas. Imajinasi mengimplikasikan kreatifitas,
demikian juga sebaliknya. Perbedaannya, sebagai daya bayang, imajinasi
seolah-olah memiliki kekuatan yang lebih luas dan tidak terbatas. Kreatifitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan kreativitas merupakan
hasil dari imajinasi. Imajinasi adalah cakrawala pada saat kekuatan-kekuatan
yang berkaitan dengan proses kreatif dipertaruhkan.
Dalam sastra Arab imajinasi tampak pada ungkapan yang berbentuk tasybih,
majaz, isti’arah, kinayah, husn al-ta’lil,mubalaghah, dan sebagainya.
Dengan adanya semua ini dapat meningkatkan kreatifitas daya imajinasi, dengan
demikian apabila daya imajinasi dapat dioptimalkan maka ia akan berfungsi
sebagai media untuk mempengaruhi dan membangkitkan perasaan sang sastrawan.
Pada akhirnya imajinasi mampu memberikan estetika lebih dalam sebuah karya
sastra yang tertuang dalam bentuk bahasa.
Ahmad al-Syayib, membagi khayal
menjadi 3 macam:
1.
Khayal Ibtikari
(creative imagination)
Yaitu adanya gambaran baru dalam sebuah karya sastra yang disusun
dari beberapa unsure sebelumnya. Jika beberapa unsure tersebut disusun secara
selektif, maka ia dinamai unsure ibtikari. Akan tetapi, jika sebuah karya
sastra disusun dengan sewenang-wenang
maka dinamakan wahm/fancy (angan-angan).
2.
Khayal Ta’lifi (Associative Imagination)
Khayalan ini merupakan perpaduan antara pikiran dan gambaran yang
serasi dengan bermuara pada satu perasaan yang benar.
3.
Khayal Bayani (Interpretative Imagination)
Khayal ini juga disebut dengan khayal tafsiri, yaitu merupakan
sarana terbaik untuk melukiskan nuansa alam dengan gaya sastra yang indah.
Karena bentuk khayal seperti ini berada pada sentuhan keindahan alam dan
rahasia yang terpendam didalamnya, sehingga dapat menggambarkan keindahan
dengan jelas (Muzakki, 2011: 81)
D.
Hubungan antara Puisi dan Imajinasinya
Dilihat dari pengertian keduanya diatas, hubungan
antara puisi dan imajinasi sangatlah erat karna imajinasi merupakan salah satu
unsur pembentuk puisi yang sangat penting karna
dengan berimajinasi atau membayangkan sesuatu kita dapat merangkai kata menjadi
sebuah puisi yang bermakna. Puisi bukan suatu jenis literatur tetapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia. Imajinasi
merupakan unsure yang amat penting dalam karya sastra termasuk puisi, karena dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa
yang lalu dan yang akan datang. Imajinasi tidaklah sama dengan realitas yang
ada, walaupun ia tetap berpangkal pada kenyataan dan pengalaman karena
itu sastra tidak terikat dengan kenyataan, kebenaran, dan kedustaan. Imajinasi dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar,
dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Imajinasi dapat dikatakan sebagai
suatu hasil kreatifitas berfikir. Imajinasi dalam puisi merupakan upaya
memperkuat kesan suatu pengalaman jiwa yang hendak disampaikan penyairnya.
Disamping itu ia berperan pula menghubungkan satu bagian dengan bagian lain,
sehingga ia bagaikan membentuk suatu jaringan yang akhirnya membentuk satu
puisi yang kompak.
BAB III
SIMPULAN
Puisi merupakan hasil seni sastra yang
kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak
dan kadang-kadang kata kiasan. Dalam bahasa arab disebut juga dengan Syair yang
merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan/melukiskan pikiran dan
perasaan seorang penyair secara imajinatif, disusun dan bentuk bahasa yang
indah, dismpaikan dengan sengaja, serta diwarnai dengan wazan dan qafiyah.
Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam
syair/puisi pada dasarnya ada 5 macam, yaitu: kalimat/bahasa syi’ir, irama/wazan syi’ir, sajak/qafiyah syi’ir,
kesengajaan bersyi’ir, dan khayalan atau imajinasi.
Hubungan antara puisi dan imajinasi sangatlah
erat karna imajinasi merupakan salah satu unsur pembentuk puisi yang sangat penting
karna dengan berimajinasi atau membayangkan
sesuatu kita dapat merangkai kata menjadi sebuah puisi yang bermakna. Imajinasi dapat
berperan pula menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, sehingga ia
bagaikan membentuk suatu jaringan yang akhirnya membentuk satu puisi yang kompak.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Mas’an. 1995. Ilmu Arudl dan Qawafi ,Surabaya:
Al-Ikhlas.
Muzakki, Akhmad. 2011. Pengantar Teori Sastra
Arab. Malang:
UIN-Maliki Press.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Tedjoworo. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern. Yogyakarta: Kanisius.
|
Thx infonya
BalasHapus