اجهد ولا يتكسل ولا تكن غافلا فندمت العقبى لمن يتكاسل

Bersungguh-sungguhlah dan Jangan Bermalas-malasan, Karena Sesungguhnya Penyesalan itu Hanya Bagi Orang yang Bermalas-malasan

Kamis, 24 Oktober 2013

Makalah Puisi dan Imajinasinya

PUISI DAN IMAJINASINYA
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Dirasah Syi’riyah 2
Oleh :
1. Luky Fatmawati           (A81211126)
2.Agustin Mariana            (A81211113)
3. Muhibbatul Ummah     (A81211130)
4. Veny Ismawati              (A81211137)

Dosen Pengampu:
Drs. H. Afif Bustomi, M.A

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “Puisi dan Imajinasinya” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa ajaran yang mulia ke dunia ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Dirasah Syi’riyah. Penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak dalam menyelesaikan makalah ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu terutama ustadz Afif yang telah member bimbingan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah yang sederhana ini bisa berguna dan bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi para pembaca.
Penulis menyadari keterbatasan yang ada pada makalah ini. Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Surabaya,13 oktober 2013

penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………….
BAB I  Pendahuluan
A.    Latar Belakang………………………………………………………
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………..
C.     Tujuan Pembahasan…………………………………………………
BAB II  Pembahasan
A.    Pengertian Puisi……………………………………………………
B.     Pengertian Imajinasi………………………………………………….
C.     Hubungan antara Puisi dan Imajinasi………………………………...
BAB III  Penutup
Kesimpulan…………………………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Karya sastra sudah diciptakan orang jauh sebelum orang memikirkan apa hakikat sastra dan apa nilai serta makna yang terkandung dalam sastra. Sebaliknya, penelitian terhadap sastra baru dimulai sesudah orang bertanya apa dan dimana nilai dan makna karya sastra yang dihadapinya. Sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra sudah sepatutnya kita menyadari bahwa sebuah karya sastra adalah sesuatu yang sangat kaya dengan makna.  Karya sastra tersebut harus dapat dipahami agar dapat diketahui makna yang terkandung didalamnya. Oleh sebab itu, maka kita harus senantiasa dapat memahami bagaimana cara atau metode dalam memaknai sebuah karya sastra yang dalam hal ini adalah berupa puisi beserta imajinasinya.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang diubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah. Disamping itu juga terdapat imajinasi yang sangat mendukung terhadap adanya puisi karna dengan berimajinasi seseorang dapat merangkai puisi dengan sempurna. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas tentang puisi beserta imajinasinya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian syair/puisi?
2.      Apa saja struktur yang membangun sya’ir itu?
3.      Apa pengertian Imajinasi?
4.      Apa hubungan antara sya’ir dan imajinasi?


C.     TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengetahui lebih mendalam apa pengertian sya’ir
2.      Mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam sya’ir
3.      Mengetahui lebih mendalam pengertian imajinasi
4.      Mengetahui hubungan antara syi’ir dan imajinasi

D.     MANFAAT
Hasil makalah ini akan sangat bermanfaat bagi orang lain dalam memahami suatu karya sastra terutama bagi mahasiswa jurusan bahasa dan sastra agar bisa lebih mengetahui teori tentang puisi beserta imajinasinya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Puisi
Puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang, 1980:10)
Didalam bahasa Arab puisi sering dikatakan dengan Syair. Secara etimologis, kata syi’r berakar dari kata شعر يشعر شعرا شعورا yang mempunyai arti mengetahui, merasakan, sadar, dan mengkomposisi. Dalam bahasa ibrani terdapat kata شور yang berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata Syi’ir adalah Syir yang berarti qasidah atau nyanyian.
Menurut Ahmad Amin secara etimologi kata sya’ara/syair(شعر) mempunyai arti a’lima (mengetahui). Seperti kata sya’aratun bihi yang artinya a’limtu. Karena dalam bahasa arab syair memiliki arti al-I’lm (pengetahuan) dikatakan laita syi’iri yang sama mempunyai arti dengan kalimat laita I’lmi (semoga ilmuku) dan asyu.’arahi ibn al-amr mempunyai arti a’lamahu (memberitahukan persoalan) jadi sudah jelas bahwa kata syair mempunyai arti alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang mengetahui persoalan yang belum diketahui orang banyak. Dalam al-quran juga kata yasy’urukum mempunyai makna ya’lamukum (mengetahui). seperti dapat dipahami pada ayat dibawah ini;
 $tBur öNä.ãÏèô±ç !$yg¯Rr& #sŒÎ) ôNuä!%y` Ÿw tbqãZÏB÷sム
 “Dan apakah yang menjadikan kamu tau bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman” (QS.Al- Anaam;109).
Al Aqqad memandang bahwa kata syi’ir harus dikembalikan pada bahasa aslinya, yakni bahasa Semit. Oleh karena itu, pada suku Aqqadi kuno kata شيرو cenderung merujuk pada nyanyian yang ada di Gereja. Dari kata ini kemudian berpindah ke dalam bahasa Ibrani شعر yang berarti melagukan dan ke dalam bahasa Aramiyah yang bersinonim dengan kata شور  ترنم,  yang berarti menyanyikan dan melagukan.
Kata syi’ir mempunyai arti tersendiri bagi orang Arab, karena mereka menganggap bahwa syi’ir berarti pengetahuan, atau kepandaian (‘Ilm Fathanah), dan orang yang bersya’ir itu pun disebut dengan Al-Fathin (cerdik/pandai). Pendapat ini cukup mempunyai kemiripan dengan pengertian kata poet yang berarti membuat, mencipta dalam bahasa yunani. Kata poet juga berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya. Pada tradisi masyarakat jahiliyyah, mereka mempunyai keinginan bahwa penyair mempunya pengetahuan Magic karena itu mereka menyebut penyair-penyair dengan sebutan “Ahl al-Ma’rifah” yang berarti sekelompok orang yang dapat memprediksi/meramalkan kehidupan dan kejadian yang akan terjadi di masa datang (Muzakki, 2011:41).
Secara terminologi, sastrawan Arab mengungkapkan bahwa sya’ir adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqafiyah yang melukiskan tentang bentuk-bentuk imajinasi/khayalan yang indah. terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh ahli bahasa dan kesusastraan Arab diantaranya, mengutip Ali Badri (Mas’an Hamid, 1995: 11) mengungkapkan bahwa syi’ir adalah suatu kalimat yang tersusun dengan menggunakan irama dan wazan. Sedangkan menurut Ahmad Hasan Az-Zayyat syi’ir adalah suatu kalimat yang berirama dan bersajak, yang mengungkapkan tentang hayalan yang indan dan melukiskan kejadian yang ada.
Uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa  sya’ir adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan/melukiskan pikiran dan perasaan seorang penyair secara imajinatif, disusun dan bentuk bahasa yang indah, dismpaikan dengan sengaja, serta diwarnai dengan wazan dan qafiyah.


B.     Unsur-unsur Syi’ir Arab
Menurut Mas’an Hamid, Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam syair/puisi pada dasarnya ada 5 macam, yaitu: kalimat/bahasa syi’ir, irama/wazan syi’ir, sajak/qafiyah syi’ir, kesengajaan bersyi’ir, dan khayalan atau imajinasi.
a.       Kalimat/bahasa syi’ir
Menurut ahli Nahwu kalimat adalah susunan kata yang mengandung suatu pengertian dan tidak memerlukan penjelasan lagi.
b.      Irama/wazan/bahar
Wazan adalah taf’ilah Arudl yang diulang-ulang dengan tujuan untuk membentuk sebuah syi’ir. Wazan disebut juga “bahar” karena keberadaannya melukiskan lautan yang meskipun diambil segala sesuatunya, maka tidak ada habis-habisnya. Demikian halnya dengan seorang penyair, apabila sedang menciptakan puisi/syair maka inspirasi dan imajinasinya selalu menggelora dan terus berkepanjangan seakan-akan tanpa ada titik akhirnya.
c.       Sajak/qafiyah
Secara etimologi, qafiyah berarti tengkuk atau belakang leher. Sedangkan secara terminologi qafiyah adalah taf’ilah terakhir pada suatu bait, yang dihitung mulai dari dua huruf mati yang terakhir dan satu huruf hidup yang ada sebelum kedua huruf mati tersebut.
d.      Qashad/kesengajaan
Secara etimologi, qashad berasal dari kata  يقصد قصداقصد  yang berarti sengaja menuju kepadanya. Sedangkan secara terminology, yang dimaksud qashad adalah unsure kesengajaan penyair untuk mengubah syi’ir, sesuai dengan imajinasinya dan menurut irama yang dikehendakinya.
e.        Khayalan/imajinasi
Khyalan merupakan suatu bentuk ungkapan jiwa/ bathin seorang penyair yang dituangkan dalam bentuk susunan kalimat syi’ir (Hamid,1995:24-42).
C.     Pengertian Imajinasi
Imajinasi adalah daya bayang, daya fantasi, tetapi bukan lamunan. Secara umum yang dimaksud dengan istilah imajinasi adalah daya untuk membentuk gambaran atau konse-konsep mental yang secara langsung tidak didapatkan dari sensasi (pengindraan).
Imajinasi adalah kemampuan menciptakan citra dalam angan-angan atau pikiran tentang sesuatu yang tidak diserap oleh panca indra, atau yang belum pernah dialami dalam kenyataan (Sudjiman, 1990:36).
Imajinasi merupakan unsure yang amat penting dalam karya sastra, karena dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa yang lalu dan yang akan datang. Imajinasi tidaklah sama dengan realitas yang ada, walaupun ia tetap berpangkal pada kenyataan dan pengalaman. Oleh karena itu sastra tidak terikat dengan kenyataan, kebenaran, dan kedustaan.
Seperti yang diungkapkan Tedjoworo (2001:9), hidup memang digerakkan dengan imajinasi, dibentuk dengan imajinasi, bahkan dirayakan dengan imajinasi. Melalui imajinasi manusia dapat memahami dan membentuk dirinya, sesamanya, dan seluruh kehidupan ini, akan tetapi melalui imajinasi juga manusia menghancurkan diri, membunuh manusia lainnya dan merusak bumi. Melalui imajinasi manusia melihat apa yang tidak terlihat, dan kehidupan menemukan kiblat. Karena imajinasi manusia marah, menangis, tertawa, dan bahagia.
Dalam karya sastra, ciri-ciri imajiasi lebih khas dan lebih dominan dibandingkan dengan kreatifitas. Imajinasi mengimplikasikan kreatifitas, demikian juga sebaliknya. Perbedaannya, sebagai daya bayang, imajinasi seolah-olah memiliki kekuatan yang lebih luas dan tidak terbatas. Kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan kreativitas merupakan hasil dari imajinasi. Imajinasi adalah cakrawala pada saat kekuatan-kekuatan yang berkaitan dengan proses kreatif dipertaruhkan.
Dalam sastra Arab imajinasi tampak pada ungkapan yang berbentuk tasybih, majaz, isti’arah, kinayah, husn al-ta’lil,mubalaghah, dan sebagainya. Dengan adanya semua ini dapat meningkatkan kreatifitas daya imajinasi, dengan demikian apabila daya imajinasi dapat dioptimalkan maka ia akan berfungsi sebagai media untuk mempengaruhi dan membangkitkan perasaan sang sastrawan. Pada akhirnya imajinasi mampu memberikan estetika lebih dalam sebuah karya sastra yang tertuang dalam bentuk bahasa.
Ahmad al-Syayib, membagi khayal menjadi 3 macam:
1.      Khayal Ibtikari (creative imagination)
Yaitu adanya gambaran baru dalam sebuah karya sastra yang disusun dari beberapa unsure sebelumnya. Jika beberapa unsure tersebut disusun secara selektif, maka ia dinamai unsure ibtikari. Akan tetapi, jika sebuah karya sastra disusun  dengan sewenang-wenang maka dinamakan wahm/fancy (angan-angan).
2.      Khayal Ta’lifi (Associative Imagination)
Khayalan ini merupakan perpaduan antara pikiran dan gambaran yang serasi dengan bermuara pada satu perasaan yang benar.
3.      Khayal Bayani (Interpretative Imagination)
Khayal ini juga disebut dengan khayal tafsiri, yaitu merupakan sarana terbaik untuk melukiskan nuansa alam dengan gaya sastra yang indah. Karena bentuk khayal seperti ini berada pada sentuhan keindahan alam dan rahasia yang terpendam didalamnya, sehingga dapat menggambarkan keindahan dengan jelas (Muzakki, 2011: 81)

D.    Hubungan antara Puisi dan Imajinasinya
Dilihat dari pengertian keduanya diatas, hubungan antara puisi dan imajinasi sangatlah erat karna imajinasi merupakan salah satu unsur pembentuk puisi yang sangat penting karna dengan berimajinasi atau membayangkan sesuatu kita dapat merangkai kata menjadi sebuah puisi yang bermakna.  Puisi bukan suatu jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia. Imajinasi merupakan unsure yang amat penting dalam karya sastra termasuk puisi, karena dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa yang lalu dan yang akan datang. Imajinasi tidaklah sama dengan realitas yang ada, walaupun ia tetap berpangkal pada kenyataan dan pengalaman karena itu sastra tidak terikat dengan kenyataan, kebenaran, dan kedustaan. Imajinasi dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Imajinasi dapat dikatakan sebagai suatu hasil kreatifitas berfikir. Imajinasi dalam puisi merupakan upaya memperkuat kesan suatu pengalaman jiwa yang hendak disampaikan penyairnya. Disamping itu ia berperan pula menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, sehingga ia bagaikan membentuk suatu jaringan yang akhirnya membentuk satu puisi yang kompak.


BAB III
SIMPULAN

Puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan. Dalam bahasa arab disebut juga dengan Syair yang merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan/melukiskan pikiran dan perasaan seorang penyair secara imajinatif, disusun dan bentuk bahasa yang indah, dismpaikan dengan sengaja, serta diwarnai dengan wazan dan qafiyah.
Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam syair/puisi pada dasarnya ada 5 macam, yaitu: kalimat/bahasa syi’ir, irama/wazan syi’ir, sajak/qafiyah syi’ir, kesengajaan bersyi’ir, dan khayalan atau imajinasi.
Hubungan antara puisi dan imajinasi sangatlah erat karna imajinasi merupakan salah satu unsur pembentuk puisi yang sangat penting karna dengan berimajinasi atau membayangkan sesuatu kita dapat merangkai kata menjadi sebuah puisi yang bermakna. Imajinasi dapat berperan pula menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, sehingga ia bagaikan membentuk suatu jaringan yang akhirnya membentuk satu puisi yang kompak.


DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Mas’an. 1995.  Ilmu Arudl dan Qawafi ,Surabaya: Al-Ikhlas.
Muzakki, Akhmad. 2011.  Pengantar Teori Sastra Arab. Malang: UIN-Maliki Press.
Sudjiman, Panuti. 1990.  Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Tedjoworo. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern. Yogyakarta: Kanisius.




                                                       






 
 

1 komentar:

BELAJAR YUKK